.
.
.
.
.
MODEL
PEMBELAJARAN ARISAN
(AKTIF
DALAM BELAJAR UNTUK HASIL YANG MEMUASKAN) :
PERPADUAN
METODE REKA CERITA GAMBAR DAN METODE BERCERITA UNTUK PEMBELAJARAN BERBICARA
Untuk
memenuhi tugas Pengajaran Berbicara
Dosen
Pengampu Drs. Hari Wahyono, M.Pd.
Oleh :
1.
Nurmalitasari (1710301001)
2.
Naila
Nihayah (1710301003)
3.
Via
Agustina A (1710301005)
4.
Dita
Wulandari (1710301006)
5.
Tatik
Fitri K (1710301025)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Dinamika dalam pembelajaran bahasa Indonesia sekarang
ini menuntut agar siswa mampu mengimplementasikannya di kelas maupun di luar kelas. Pembelajaran bahasa
Indonesia tidak hanya mengacu kepada pembelajaran dalam lingkup materi saja,
akan tetapi mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan yang mendorong siswa untuk
berpikir kreatif dan inovatif.
Kemampuan siswa dalam berpikir kreatif dapat
meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dan interaksi antar teman maupun dengan pengajar. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran tersebut, harus ada
model pembelajaran yang interaktif, maksudnya dituntut adanya kerjasama antara peserta didik dan
pendidik. Selain itu, harus
terpenuhinya segala sarana prasarana penunjang pembelajaran seperti buku
pembelajaran dan media pembelajaran lainnya guna terciptanya pembelajaran yang
efektif. Siswa tidak hanya dituntut paham akan materi akademik pembelajaran,
akan tetapi siswa harus mempunyai keunggulan dalam aspek tingkah laku terhadap
sesama ataupun dengan pengajar.
Model
pembelajaran
seharusnya tidak lagi menggunakan model yang monoton, akan tetapi pembelajaran
aktif yang menuntut siswa untuk aktif dan guru hanya sebagai fasilitator,
dengan demikian siswa akan terbiasa berpikir kritis sejak dini dan nantinya
akan terbiasa ketika berada di jenjang berikutnya yang lebih tinggi.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Model Active Learning
Pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu
pembelajaran yang mengajak peserta didik
untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi aktivitas pembelajaran. Mereka
secara aktif menggunakan otak mereka baik untuk menemukan ide pokok dan materi
pembelajaran, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang mereka
pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata (Hisyam
Zaini,2008:XVI).
Belajar
aktif meliputi berbagai cara untuk mdmbuat siswa aktif sejak awal melakukan
aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu yang singkat
membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran (Siberman,1996:6). Pembelajaran
aktif merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan aktif
dalam proses pembelajaran baik dalam bentuk interaksi sesama siswa dengan
pengajar pada proses pembelajaran aktif tersebut (Machmudah,2008).
Jadi pembelajaran aktif adalah suatu model
pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif, siswa diajak menyelesaikan
masalah dengan menggunakan pengetahuan yang mereka miliki dan menerapkan pada
apa yang telah mereka pelajari.
Karakteristik pembelajaran aktif menurut Bonwel dan
Elson (dalam machmudah,2008:64) pembelajaran aktif memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Penekanan
proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran
analisis dan kritis terhadap topik atau masalah yang dibahas.
2. Siswa tidak
mendengarkan pelajaran secara pasif, tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan
dengan materi pembelajaran.
3. Berkenaan pada
eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi pembelajaran.
4. Siswa lebih
banyak dituntut berpikir kritis menganalisa dan melakukan evaluasi.
5. Umpan balik
yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.
Keuntungan
yang diperoleh dengan active learning diantaranya:
1. Siswa akan
lebih termotivasi karena akan lebih mudah belajar disaat enjoy.
2. Berlangsung
dalam lingkungan yang tenang, karena percobaan dan kegagalan diterima.
3. Adanya
partisipasi dari semua kelompok.
4. Tiap individu
bertanggung jawab atas pembelajaran masing-masing.
5. Fleksibel dan
relevan.
6. Sesuatu
menyatakan pemikirannya.
7. Masing-masing
memberikan koreksi jika ada kesalahan.
Menurut
Machmudah (2008:72) secara umum dengan melakukan pembelajaran aktif akan
diperoleh hal-hal sebagai berikut:
1. Interaksi yang
timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive interpendence dimana konsolidasi pengetahuan yang
dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif
dalam belajar.
2. Setiap individu
harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus dapat
mendapatkan penilaian untuk setiap siswa sehingga terdapat individual
accountability.
3. Proses
pembelajaran aktif ini agar berjalan dengan efektif diperlukan tingkat
kerjasama yang tinggi sehingga dapat memupuk social skill.
Pembelajaran aktif dimaksudkan untuk
mengoptimalkan pengguna semua potensi yang dimiliki oleh anak didik sehingga
semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang mereka miliki. Disamping itu, pembelajaran aktif
juga di maksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses
pembelajaran (Machmudah,2008)
2.2 Metode Reka Cerita Gambar
Model
pembelajaran Reka Cerita Gambar merupakan salah satu sub bagian dari Model
Pembelajaran Berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Metode ini merupakan pembelajaran
bercerita berdasarkan
gambar. Penggunaan metode ini dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang ceria. Karena
dalam pelaksanaannya peserta didik di tuntut untuk merangkai suatu gambar acak
menjadi gambar yang padu dan menjelaskan kepada gurunya apa maksud dari
rangkaian gambar tersebut. Selain itu,penggunaan metode reka
cerita gambar dapat meningkatkan ketrampilan berbicara anak.Sebuah gambar atau
rangkaian beberapa gambar merupakan sarana ampuh untuk memancing,mendorong,atau
memotivas iseorang siswa berbicara.Penghayatan atau pemahaman terhadap suatu
gambar atau seri gambar akan berbeda antara satu siswa dan siswa lainnya.
a) Rangkaian Pengajaran Berbicara Menggunakan
Metode Reka Cerita Gambar :
1)
Guru
membagi menjadi beberapa kelompok sesuai jumlah peserta didik
2)
Kemudian
guru membagikan gambar acak kepada setiap kelompok
3)
Guru
menyuruh setiap kelompok menyusun gambar acak tersebut menjadi rangkaian gambar yang padu.
4)
Setelah
itu, perwakilan setiap kelompok harus tampil didepan kelas untuk mereka cerita
berdasarkan gambar yang telah disusun.
5)
Demikian
seterusnya sampai kelompok terakhir.
b)
Dampak
Instruksional
1.
Mengembangkan
kemampuan berimajinasi siswa.
2.
Menumbuhkan
krestifitas siswa.
3.
Meningkatkan
kemampuan berfikir logis siswa dalam menyusun gambar.
4.
Mempermudah
siswa dalam memahami materi yang diberikan oleh pendidik.
5.
Meningkatkan
daya tarik siswa dalam belajar.
c) Dampak Pengiring
1.
Siswa
dapat berfikir ter sistematis dan ter organisasi.
2.
Siswa
dapat berfikir kritis.
3.
Siswa
dapat mengembangkan pengetahuan.
4.
Siswa
dapat berfikir secara luas.
5.
Siswa
dapat menyusun gambar acak menjadi gambar yang urut dan saling berkaitan satu
sama lain.
2.3
Metode Bercerita
Bercerita adalah
menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan
disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan
kepada orang lain (Bachri: 2005: 10). Dengan kata lain bercerita adalah
menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian
secara lisan dalam upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa.
Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran
secara lisan dalam bentuk cerita dari Guru kepada anak didik. Dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran di SD, metode bercerita dilaksanakan dalam upaya
meningkatkan kemampuan siswa berbicara, memberikan keterangan atau penjelasan
tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat
mengembangkan berbagai kompetensi dasar pada siswa SD. Oleh karena itu, materi
yang disampaikan berbentuk cerita yang awal dan akhirnya berhubungan erat dalam
kesatuan yang utuh, maka cerita tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu.
Kagiatan bercerita dapat dilakukan pada saat kegiatan pembukaan, kegiatan inti,
maupun pada waktu-waktu senggang di sekolah. Bercerita adalah cara bertutur dan
menyampaikan cerita atau memberikan penjelasan secara lisan. Bercerita juga
merupakan cara untuk menyampaikan nilainilai yang berlaku di masyarakat.
Seorang guru SD
hendaklah mampu menjadi seorang pendongeng yang baik yang akan menjadikan
cerita sebagai kegiatan bermain yang menarik dan dapat menjadikan pengalaman
yang unik bagi anak. Isi cerita pun diupayakan berkaitan dengan kehidupan sang
anak.Dunia kehidupan anak yang penuh suka cita, yang menuntut isi cerita
memiliki unsur yang dapat memberikan perasaan gembira, lucu, menarik dan
mengasyikkan bagi anak. Dunia kehidupan anak berkaitan dengan cerita seputar
lingkungan terdekat anak, seperti lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan
bermain anak. 2) Minat anak pada umumnya anak SD sangat berminat pada
cerita-cerita tentang: binatang, tanaman, kendaraan, boneka, robot, planet, dan
lain-lain. 3) Tingkat usia, kebutuhan dan kemampuan mencerna isi cerita.
Ceritanya harus cukup pendek dalam rentang perhatian anak. Cerita tersebut
bersifat meningkatkan daya pikir anak seperti cerita-cerita tentang makanan dan
minuman sehat, kebersihan diri melayani diri sendiri. 4) Membuka kesempatan
bagi anak untuk bertanya dan menanggapi setelah guru selesai bercerita.
Kegiatan bercerita di
sekolah dapat dilakukan dengan baik, apabila sebelumnya dipersiapkan terlebih
dahulu, tidak hanya itu saja peran seorang guru disini juga sangat berperan
penting, untuk memberikan suasana yang menyenangkan agar anak dalam
mendengarkan cerita atau bercerita dengan hati yang senang. Oleh karena itu
seorang guru harus mempunyai metode yang tepat dalam menyampaikan kegiatan
bercerita.
Metode yang digunakan
dalam pengajaran berbicara untuk jenjang SD (Sekolah Dasar), juga menerapkan
metode bercerita. Hanya saja, kami
memodifikasi dengan menambahkan media gambar untuk bahan bercerita siswa
. Hal itu kami lakukan, agar siswa lebih tertarik untuk bercerita ,dengan
diberi rangsangan menggunakan gambar yang telah kami sediakan dan gambar yang
digunakan adalah gambar yang sesuai dengan umur anak SD.
a.
Rangkaian Pengajaran Berbicara
Menggunakan metode
berceritamenggunakan gambar yaitu:
1.
Guru
menyiapkan materi berupa beberapa gambar
yang sesuai dengan usia pesertadidik.
2.
Guru
menunjuk siswa berdasarkan urutan nomor presensi.
3.
Guru
meminta siswa untuk maju,mengambil undian yang berisi gambar yang akan
diceritakan.
4.
Setelah
mengambil undian, siswa menceritakan gambar yang telah dipilih di depan kelas
dan teman-teman lainnya.
5.
Sebelum
siswa tersebutmenceritakan gambar, guru meminta siswa lainnya untuk diam dan
memperhatikan temannya yang sedangbercerita.
6.
Guru
mempersilakan siswauntuk bercerita.
b. Sistem
Sosial
Peranan pendidik dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran sangatlah besar. Adapun sistem sosial pada suatu model
pembelajaran adalah, interaksi yang terjadi antara para pelaku pembelajaran.
Seperti pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), dimana guru berperan sebagai fasilitator dan
moderator. Sebagai fasilitator, guru menyediakan sumber belajar, mendorong
siswa untuk belajar dengan melibatkan indra dan intelektual, memberikan bantuan
kepada siswa agar dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuan secara optimal,
serta memberikan umpan balik atas apa yang dipelajari. Sebagai moderator, guru
menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat berargumentasi dan bekerja sama
dalam pembelajaran, misalnya dengan diskusi kelompok.
c. Sistem
Pendukung
Keberhasilan dalam setiap kegiatan pembelajaran di suatu sekolah tentu
saja tidak bisa lepas dari peranan media yang digunakan. Dengan adanya media
atau alat-alat pendukung pembelajaran akan membantu pendidik dalam menyampaikan
materi kepada peserta didiknya.Sehingga peserta didik juga dapat menyerap dan
menerima materi yang diberikan oleh pendidik dengan mudah.
Sistem
pendukung dalam penerapan metode bercerita juga mempengaruhi keberhasilan
metode tersebut. Dalam penerapan metode bercerita, sistem pendukung yang digunakan
seperti ruang kelas yang nyaman,suasana pembelajaran yang kondusif,
gambar-gambar pembelajaran, dan fasilitas-fasilitas pembelajaran yang memadai.
Dengan adanya fasilitas yang memadai maka suatu tujuan pembelajaran akan mudah
untuk dicapai.
d. Dampak
Instruksional
1.
Dapat
menambah kosa kata peserta didik.
2.
Dapat
mengembangkan kemampuaan berbicara peserta didik.
3.
Dapat
melatih daya pikir peserta didik.
4.
Melatih
daya konsentrasi untuk anak peserta didik jenjang SD.
5.
Mengembangkan
daya imajinasi peserta didik.
e.
Dampak
Pengiring
1.
Dapat
meningkatkan keakraban antar teman.
2.
Dapat
menumbuhkan sikap menghargai antar teman.
3.
Meningkatkan
kemampuan berfikir kritis siswa.
4.
Melatih siswa agar dapat mencari solusi dalam
memecahkan masalah.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Metode Pembelajaran ARISAN Sebagai
Alternatif Pembelajaran Bahasa Indonesia
di Jenjang Sekolah Dasar (SD)
Metode pembelajaran ARISAN merupakan
metode hasil penggabungan antara metode Reka Cerita Gambar dengan metode Bercerita.
Kata ARISAN merupakan singkatan dari
Aktif Belajar Untuk Hasil Yang Memuaskan. Hal itu berkaitan dengan model
pembelajaran yang digunakan yaitu model active
learning. Model pembelajaran ini menuntut peserta didik untuk lebih aktif
dan mendominasikan peran peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Peran
pendidik disini yaitu sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik apabila
mengalami masalah dalam kegiatan pembelajaran.
Metode
ARISAN ,menuntut peserta didik untuk aktif,tanggap,dan berfikir kritis. Selain
itu, metode ini juga cocok untuk di terapkan di jenjang SD. Karena penggunaan
media gambar yang dapat merangsang siswa untuk berfikir secara kritis dan
tanggap. Serta dapat meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik melalui penyusunanan
kalimat-kalimat menggunakan bahasanya sendiri .
a. Sintakmatik
Sintakmatik dari penggabungan dua
metode pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel
1 Sintakmatik Model Pembelajaran Arisan
Tahap
|
Perilaku
Siswa
|
Tahap
1:
Cermati
|
1. Peserta
didik mencermati potongan gambar yang masih acak.
|
Tahap
2:
Investigasi
|
2. Setelah
mencermati potongan gambar acak yang didapatkan,maka peserta didik harus
menyusunnya menjadi rangkaian gambar yang padu dan saling berkaitan satu sama
lain.
|
Tahap
3:
Telaah
|
3. Apabila
potongan gambar telah disusun menjadi rangkaian gambar yang padu dan saling
berkaitan, peserta didik harus menyusun dalam bentuk kalimat-kalimat sehingga
menjadi suatu cerita .
|
Tahap
4:
Apresiasi
|
4. Peserta
didik menyampaikan cerita yang telah di buat berdasarkan rangkaian gambar
yang telah disusun.
|
Tabel 2
Struktur Pengajaran Model Pembelajaran Arisan
Tahap
|
Tingkah laku guru
|
Metode
|
Tahap
1:
Cermati
|
1. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Guru
menyampaikan materi yang berkaitan dengan metode pembelajaran yang diterapkan
3. Guru
mengadakan sesi tanya jawab kepada peserta didik agar semuanya dapat memahami materi.
4. Pendidik
menyuruh peserta didiknya untuk mencermati materi yang telah disampaikannya.
|
1. Metode
tanya jawab
2. Metode
ceramah
|
Tahap
2:
Investigasi
|
1. Sebelumnya
,pendidik telah menyiapkan amplop warna-warni yang berisi potongan-potongan
gambar yang acak.
2. Setelah
itu,pendidik membentuk kelompok (disesuaikan dengan jumlah peserta didik di
dalam kelas)
3. Kemudian,
pendidik membagikan amplop warna-warni itu kepada setiap kelompok.
4. Setelah
itu,pendidik menyuruh peserta didiknya untuk menyusun potongan-potongan
gambar acak di dalam amplop menjadi rangkaian gambar yang padu. (setiap
anggota kelompok mendapatkan satu potongan)
5. Apabila
gambar telah tersusun, pendidik menyuruh peserta didik untuk membuat
rangkaian kalimat hingga menjadi sebuah cerita yang sesuai dengan gambar yang
didapatkan. (setiap anggota kelompok membuat kalimat sesuai potongan gambar yang
didaptkan kemudian digabungkan dengan yang lainnya sehingga menjadi sebuah
cerita)
|
1. Metode
ceramah
2. Metode
tanya jawab
|
Tahap
3:
Telaah
|
1. Pendidik
memeriksa hasil pekerjaan setiap kelompok.
|
-
|
Tahap
4:
Apresiasi
|
1. Pendidik
menyuruh setiap anggota kelompok untuk maju ke depan kelas dan menyampaikan
hasil diskusinya.
2. Setiap
anggota kelompok harus menjelaskan apa isi dari satu potongan gambar yang
didapatnya (karena potongan gambar yang dibuat oleh pendidik telah
disesuaikan dengan jumlah anggota kelompok), dan salah satu anggota kelompok
harus menyampaikan cerita secara utuh dari rangkaian gambar yang telah
disusun oleh kelompoknya.
3. Pendidik
memberikan penilaian dan tepuk tangan yang meriah sebagai wujud penghargaan
kepada kelompok yang tampil di depan.
|
-
|
Tabel
3 Evaluasi
No
|
Aspek yang dinilai
|
Skor
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1.
|
Ketepatan
urutan gambar
|
|
|
|
|
|
2.
|
Kesesuaian
isi gambar dengan cerita yang disampaikan
|
|
|
|
|
|
3.
|
Gestur
|
|
|
|
|
|
4.
|
Intonasi
berbicara
|
|
|
|
|
|
5.
|
Bahasa
yang digunakan
|
|
|
|
|
|
Perhitungan skor :
Skor maksimal : 25
Nilai akhir = Perolehan
skor X Skor Ideal
Skor maksimal
b. Sistem
Sosial
Adapun sistem sosial pada model
pembelajaran ARISAN adalah, interaksi yang terjadi antara para pelaku
pembelajaran. Seperti pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), dimana guru berperan
sebagai fasilitator dan moderator. Sebagai fasilitator, guru menyediakan sumber
belajar, mendorong siswa untuk belajar dengan melibatkan indra dan intelektual,
memberikan bantuan kepada siswa agar dapat belajar dan mengkonstruksi
pengetahuan secara optimal, serta memberikan umpan balik atas apa yang
dipelajari. Sebagai moderator, guru menciptakan suatu kondisi dimana siswa
dapat berargumentasi dan bekerja sama dalam pembelajaran, misalnya dengan
diskusi kelompok.
c. Sistem
Pendukung
GAMBAR
1: MEDIA GAMBAR ACAK
GAMBAR 2 : AMPLOP WARNA-WARNI
d. Prinsip
Reaksi
Prinsip reaksi menceritakan bagaimana
guru menyikapi siswa dan bagaimana siswa merespon tugas yang diberikan guru.
Dalam model pembelajaran ARISAN guru berperan sebagai fasilitator dan
motivator. Guru menyediakan sumber-sumber belajar, mendorong siswa untuk
belajar, membimbing dan memberikan bantuan bagi siswa serta memberi kesempatan
kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang terkait dengan materi
yang sedang dibahas bersama anggota kelompoknya.
e. Dampak
Instruksional
1.
Siswa
dapat menyusun kosa kata yang sesuai.
2.
Siswa
dapat menumbuhkan kreatifitas dalam mencerikan gambar.
3.
Siswa
dapat mengembangkan dimensi perasaan.
4.
Siswa
dapat mengembangkan kemampuan kognitif, efektif maupun psikomotorik.
5.
Siswa
dapat mencari solusi dalam memecahkan masalah.
f. Dampak
Pengiring
1.
Siswa
dapat menghargai orang lain.
2.
Siswa
dapat meningkatkan sikap kerjasama.
3.
Siswa
dpat menumbuhkan rasa toleransi.
4. Siswa dapat mengembangkan sikap
bertanggung jawab.
5. Siswa dpat lebih tanggap dengan situasi.
3.2 IMPLEMENTASI METODE PEMBELJARAN ARISAN
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI JENJANG
SEKOLAH DASAR
a.
Materi
Pembelajaran
Menceritakan sesuai
gambar yang telah disusun. Materi yang diberikan :
1. Pengertian
tentang bercerita.
2. Memberikan
penjelasan tentang bagaimana cara untuk
menyusun gambar acak menjadi gambar yang padu.
3. Memberikan
materi mengenai langkah-langkah menyusun kalimat berdasarkan urutan gambar.
4. Memberikan
penjelasan tentang bagaimana bercerita yang baik dan benar.
b.
Metode
Pembelajaran
Metode pembelajaran
ARISAN.
c.
Media
Gambar seri/ potongan
gambar yang acak.
d.
Langkah-langkah
Pembelajaran
1. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Guru
menyampaikan materi yang berkaitan dengan metode pembelajaran yang diterapkan.
3. Guru
mengadakan sesi tanya jawab kepada peserta didik agar semuanya dapat memahami materi.
4. Pendidik
menyuruh peserta didiknya untuk mencermati materi yang telah disampaikannya.
6. Sebelumnya,
pendidik telah menyiapkan amplop warna-warni yang berisi potongan-potongan
gambar yang acak.
7. Setelah
itu, pendidik membentuk kelompok (disesuaikan dengan jumlah peserta didik di
dalam kelas).
8. Kemudian,
pendidik membagikan amplop warna-warni itu kepada setiap kelompok.
9. Setelah
itu,pendidik menyuruh peserta didiknya untuk menyusun potongan-potongan gambar
acak di dalam amplop menjadi rangkaian gambar yang padu. (setiap anggota
kelompok mendapatkan satu potongan).
10.Apabila
gambar telah tersusun,pendidik menyuruh peserta didik untuk membuat rangkaian
kalimat hingga menjadi sebuah cerita yang sesuai dengan gambar yang didapatkan.
(setiap anggota kelompok membuat kalimat sesuai potongan gambar yang didaptkan
kemudian digabungkan dengan yang lainnya sehingga menjadi sebuah cerita).
11.Pendidik
memeriksa hasil pekerjaan setiap kelompok.
12.Pendidik
menyuruh setiap anggota kelompok untuk maju ke depan kelas dan menyampaikan
hasil diskusinya.
13.Setiap
anggota kelompok harus menjelaskan apa isi dari satu potongan gambar yang
didapatnya (karena potongan gambar yang dibuat oleh pendidik telah disesuaikan
dengan jumlah anggota kelompok), dan salah satu anggota kelompok harus
menyampaikan cerita secara utuh dari rangkaian gambar yang telah disusun oleh
kelompoknya.
14.Pendidik
memberikan penilaian dan tepuk tangan yang meriah sebagai wujud penghargaan
kepada kelompok yang tampil di depan.
e.
Penilaian
No
|
Aspek yang dinilai
|
Skor
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1.
|
Ketepatan
urutan gambar
|
|
|
|
|
|
2.
|
Kesesuaian
isi gambar dengan cerita yang disampaikan
|
|
|
|
|
|
3.
|
Gestur
|
|
|
|
|
|
4.
|
Intonasi
berbicara
|
|
|
|
|
|
5.
|
Bahasa
yang digunakan
|
|
|
|
|
|
Perhitungan skor :
Skor maksimal : 25
Nilai akhir = Perolehan
skor X Skor Ideal
Skor maksimal
Contoh
perhitungan nilai akhir :
Nama
Siswa : Nafasari
No
|
Aspek yang dinilai
|
Skor
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1.
|
Ketepatan
urutan gambar
|
|
|
|
|
Ö
|
2.
|
Kesesuaian
isi gambar dengan cerita yang disampaikan
|
|
|
|
|
Ö
|
3.
|
Gestur
|
|
|
|
Ö
|
|
4.
|
Intonasi
berbicara
|
|
|
|
Ö
|
|
5.
|
Bahasa
yang digunakan
|
|
|
|
|
Ö
|
Perhitungan skor : 23
Skor maksimal : 25
Nilai akhir = Perolehan
skor X Skor ideal
Skor maksimal
= 23 X
100
25
= 92
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Model ARISAN merupakan perpaduan
dari model Reka Cerita Gambar dengan metode
Bercerita. Kata ARISAN merupakan singkatan dari Aktif Belajar Untuk
Hasil Yang Memuaskan. Metode ini juga menggunakan metode active learning.
Perpaduan model Reka Cerita Gambar dengan metode Bercerita ini dapat
menghasilkan model yang mengefektifkan kreatifitas dalam berbicara.
Pembelajaran ini tidak sekedar pembelajaran yang berbasis berbicara saja, akan
tetapi berbicara berdasarkan gagasan, ide, dan pikiran yang kreatif. Model ini
sangat tepat digunakan di jenjang sekolah dasar (SD) sebagai alternatif pembelajaran yang aktif dan kreatif.
4.2Rekomendasi
Model pembelajaran ARISAN diharapkan dapat diimplementasikan
oleh para pendidik di sekolah sebagai model pembelajaran yang aktif dan kreatif
sesuai dengan jenjang sekolah dasar (SD).
DAFTAR
PUSTAKA
Machmudah, Ummi.2008. Active Learning Dalam Pembelajaran Bahasa Arab. UIN Malang. Press
Silberman.1996.
101. Strategies To
Teach Any Subject . Massachusetts : A Simon & Schuster Company.
Zaini Hisyam. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Widodo,
Rachmad. 2009. Model Pembelajaran Reka
Cerita Gambar. Dalam https://www.google.co.id/amp/s/wyw1d.wordpress.com/2009/11/21/model-pembelajaran-reka-cerita-gambar/amp/
diakses pada 29 Juni 2018 pada pukul 16:23 WIB.
Nugrah, Rizki Siddiq. 2017.05. Media Gambar Seri. Tinta Pendidikan Indonesia.
Sditalqalam. 2008. Strategi pembelajaran Active Learning. Dalam
https://www.google.co.id/amp/s/sditalqalam.wordpress.com/2008/01/09/strategi-pembelajaran-active-learning/amp/
diakses pada tanggal 30 Juni 2018 pada pukul 20:46 WIB.