Rabu, 10 Oktober 2018

PERPADUAN METODE REKA CERITA GAMBAR DAN METODE BERCERITA


 .
.
.
.
.

MODEL PEMBELAJARAN ARISAN
(AKTIF DALAM BELAJAR UNTUK HASIL YANG MEMUASKAN) :
PERPADUAN METODE REKA CERITA GAMBAR DAN METODE BERCERITA UNTUK PEMBELAJARAN  BERBICARA

Untuk memenuhi tugas Pengajaran Berbicara
Dosen Pengampu Drs. Hari Wahyono, M.Pd.

Oleh :
1.    Nurmalitasari                         (1710301001)
2.    Naila Nihayah                       (1710301003)
3.    Via Agustina A                      (1710301005)
4.    Dita Wulandari                      (1710301006)
5.    Tatik Fitri K                          (1710301025)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
2018



BAB I
PENDAHULUAN

Dinamika dalam pembelajaran bahasa Indonesia sekarang ini menuntut agar siswa mampu mengimplementasikannya di kelas maupun di luar kelas. Pembelajaran bahasa Indonesia tidak hanya mengacu kepada pembelajaran dalam lingkup materi saja, akan tetapi mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan yang mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan inovatif.
Kemampuan siswa dalam berpikir kreatif dapat meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dan interaksi antar teman maupun dengan pengajar. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, harus ada model pembelajaran yang interaktif, maksudnya dituntut adanya kerjasama antara peserta didik dan pendidik. Selain itu, harus terpenuhinya segala sarana prasarana penunjang pembelajaran seperti buku pembelajaran dan media pembelajaran lainnya guna terciptanya pembelajaran yang efektif. Siswa tidak hanya dituntut paham akan materi akademik pembelajaran, akan tetapi siswa harus mempunyai keunggulan dalam aspek tingkah laku terhadap sesama ataupun dengan pengajar.
            Model pembelajaran seharusnya tidak lagi menggunakan model yang monoton, akan tetapi pembelajaran aktif yang menuntut siswa untuk aktif dan guru hanya sebagai fasilitator, dengan demikian siswa akan terbiasa berpikir kritis sejak dini dan nantinya akan terbiasa ketika berada di jenjang berikutnya yang lebih tinggi.



BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Model Active Learning
Pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu pembelajaran yang mengajak  peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi aktivitas pembelajaran. Mereka secara aktif menggunakan otak mereka baik untuk menemukan ide pokok dan materi pembelajaran, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang mereka pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata (Hisyam Zaini,2008:XVI).
Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk mdmbuat siswa aktif sejak awal melakukan aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu yang singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran (Siberman,1996:6). Pembelajaran aktif merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran baik dalam bentuk interaksi sesama siswa dengan pengajar pada proses pembelajaran aktif tersebut (Machmudah,2008).
Jadi pembelajaran aktif adalah suatu model pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif, siswa diajak menyelesaikan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang mereka miliki dan menerapkan pada apa yang telah mereka pelajari.
Karakteristik pembelajaran aktif menurut Bonwel dan Elson (dalam machmudah,2008:64) pembelajaran aktif memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.      Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analisis dan kritis terhadap topik atau masalah yang dibahas.
2.      Siswa tidak mendengarkan pelajaran secara pasif, tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
3.      Berkenaan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi pembelajaran.
4.      Siswa lebih banyak dituntut berpikir kritis menganalisa dan melakukan evaluasi.
5.      Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.
                     Keuntungan yang diperoleh dengan active learning diantaranya:
1.      Siswa akan lebih termotivasi karena akan lebih mudah belajar disaat enjoy.
2.      Berlangsung dalam lingkungan yang tenang, karena percobaan dan kegagalan diterima.
3.      Adanya partisipasi dari semua kelompok.
4.      Tiap individu bertanggung jawab atas pembelajaran masing-masing.
5.      Fleksibel dan relevan.
6.      Sesuatu menyatakan pemikirannya.
7.      Masing-masing memberikan koreksi jika ada kesalahan.
                      Menurut Machmudah (2008:72) secara umum dengan melakukan pembelajaran aktif akan diperoleh hal-hal sebagai berikut:
1.      Interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive interpendence  dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar.
2.      Setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap siswa sehingga terdapat individual accountability.
3.      Proses pembelajaran aktif ini agar berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga dapat memupuk social skill.
Pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan pengguna semua potensi yang dimiliki oleh anak didik sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Disamping itu, pembelajaran aktif juga di maksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran (Machmudah,2008)

2.2 Metode Reka Cerita Gambar
Model pembelajaran Reka Cerita Gambar merupakan salah satu sub bagian dari Model Pembelajaran Berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Metode ini merupakan pembelajaran bercerita berdasarkan gambar. Penggunaan metode ini dapat menciptakan suasana pembelajaran yang ceria. Karena dalam pelaksanaannya peserta didik di tuntut untuk merangkai suatu gambar acak menjadi gambar yang padu dan menjelaskan kepada gurunya apa maksud dari rangkaian gambar tersebut. Selain itu,penggunaan metode reka cerita gambar dapat meningkatkan ketrampilan berbicara anak.Sebuah gambar atau rangkaian beberapa gambar merupakan sarana ampuh untuk memancing,mendorong,atau memotivas iseorang siswa berbicara.Penghayatan atau pemahaman terhadap suatu gambar atau seri gambar akan berbeda antara satu siswa dan siswa lainnya.
a)      Rangkaian Pengajaran Berbicara Menggunakan Metode Reka Cerita Gambar :
1)   Guru membagi menjadi beberapa kelompok sesuai jumlah peserta didik
2)   Kemudian guru membagikan gambar acak kepada setiap kelompok
3)   Guru menyuruh setiap kelompok menyusun gambar acak tersebut menjadi rangkaian  gambar yang padu.
4)   Setelah itu, perwakilan setiap kelompok harus tampil didepan kelas untuk mereka cerita berdasarkan gambar yang telah disusun.
5)   Demikian seterusnya sampai  kelompok terakhir.
b)      Dampak Instruksional
1.     Mengembangkan kemampuan berimajinasi siswa.
2.     Menumbuhkan krestifitas siswa.
3.     Meningkatkan kemampuan berfikir logis siswa dalam menyusun gambar.
4.     Mempermudah siswa dalam memahami materi yang diberikan oleh pendidik.
5.     Meningkatkan daya tarik siswa dalam belajar.
c)      Dampak Pengiring
1.     Siswa dapat berfikir ter sistematis dan ter organisasi.
2.     Siswa dapat berfikir kritis.
3.     Siswa dapat mengembangkan pengetahuan.
4.     Siswa dapat berfikir secara luas.
5.     Siswa dapat menyusun gambar acak menjadi gambar yang urut dan saling berkaitan satu sama lain.
           
2.3 Metode Bercerita
Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain (Bachri: 2005: 10). Dengan kata lain bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian secara lisan dalam upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa. Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari Guru kepada anak didik. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD, metode bercerita dilaksanakan dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa berbicara, memberikan keterangan atau penjelasan tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kompetensi dasar pada siswa SD. Oleh karena itu, materi yang disampaikan berbentuk cerita yang awal dan akhirnya berhubungan erat dalam kesatuan yang utuh, maka cerita tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu. Kagiatan bercerita dapat dilakukan pada saat kegiatan pembukaan, kegiatan inti, maupun pada waktu-waktu senggang di sekolah. Bercerita adalah cara bertutur dan menyampaikan cerita atau memberikan penjelasan secara lisan. Bercerita juga merupakan cara untuk menyampaikan nilainilai yang berlaku di masyarakat.
Seorang guru SD hendaklah mampu menjadi seorang pendongeng yang baik yang akan menjadikan cerita sebagai kegiatan bermain yang menarik dan dapat menjadikan pengalaman yang unik bagi anak. Isi cerita pun diupayakan berkaitan dengan kehidupan sang anak.Dunia kehidupan anak yang penuh suka cita, yang menuntut isi cerita memiliki unsur yang dapat memberikan perasaan gembira, lucu, menarik dan mengasyikkan bagi anak. Dunia kehidupan anak berkaitan dengan cerita seputar lingkungan terdekat anak, seperti lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan bermain anak. 2) Minat anak pada umumnya anak SD sangat berminat pada cerita-cerita tentang: binatang, tanaman, kendaraan, boneka, robot, planet, dan lain-lain. 3) Tingkat usia, kebutuhan dan kemampuan mencerna isi cerita. Ceritanya harus cukup pendek dalam rentang perhatian anak. Cerita tersebut bersifat meningkatkan daya pikir anak seperti cerita-cerita tentang makanan dan minuman sehat, kebersihan diri melayani diri sendiri. 4) Membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan menanggapi setelah guru selesai bercerita.
Kegiatan bercerita di sekolah dapat dilakukan dengan baik, apabila sebelumnya dipersiapkan terlebih dahulu, tidak hanya itu saja peran seorang guru disini juga sangat berperan penting, untuk memberikan suasana yang menyenangkan agar anak dalam mendengarkan cerita atau bercerita dengan hati yang senang. Oleh karena itu seorang guru harus mempunyai metode yang tepat dalam menyampaikan kegiatan bercerita.
Metode yang digunakan dalam pengajaran berbicara untuk jenjang SD (Sekolah Dasar), juga menerapkan metode bercerita. Hanya saja, kami  memodifikasi dengan menambahkan media gambar untuk bahan bercerita siswa . Hal itu kami lakukan, agar siswa lebih tertarik untuk bercerita ,dengan diberi rangsangan menggunakan gambar yang telah kami sediakan dan gambar yang digunakan adalah gambar yang sesuai dengan umur anak SD.
a.     Rangkaian Pengajaran Berbicara Menggunakan metode berceritamenggunakan  gambar yaitu:
1.     Guru menyiapkan materi berupa beberapa gambar  yang sesuai dengan usia pesertadidik.
2.     Guru menunjuk siswa berdasarkan urutan nomor presensi.
3.     Guru meminta siswa untuk maju,mengambil undian yang berisi gambar yang akan diceritakan.
4.     Setelah mengambil undian, siswa menceritakan gambar yang telah dipilih di depan kelas dan teman-teman lainnya.
5.     Sebelum siswa tersebutmenceritakan gambar, guru meminta siswa lainnya untuk diam dan memperhatikan temannya yang sedangbercerita.
6.     Guru mempersilakan siswauntuk bercerita.
b.     Sistem Sosial
Peranan pendidik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sangatlah besar. Adapun sistem sosial pada suatu model pembelajaran adalah, interaksi yang terjadi antara para pelaku pembelajaran. Seperti pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), dimana guru berperan sebagai fasilitator dan moderator. Sebagai fasilitator, guru menyediakan sumber belajar, mendorong siswa untuk belajar dengan melibatkan indra dan intelektual, memberikan bantuan kepada siswa agar dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuan secara optimal, serta memberikan umpan balik atas apa yang dipelajari. Sebagai moderator, guru menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat berargumentasi dan bekerja sama dalam pembelajaran, misalnya dengan diskusi kelompok.
c.     Sistem Pendukung
       Keberhasilan dalam setiap kegiatan pembelajaran di suatu sekolah tentu saja tidak bisa lepas dari peranan media yang digunakan. Dengan adanya media atau alat-alat pendukung pembelajaran akan membantu pendidik dalam menyampaikan materi kepada peserta didiknya.Sehingga peserta didik juga dapat menyerap dan menerima materi yang diberikan oleh pendidik dengan mudah.
            Sistem pendukung dalam penerapan metode bercerita juga mempengaruhi keberhasilan metode tersebut. Dalam penerapan metode bercerita, sistem pendukung yang digunakan seperti ruang kelas yang nyaman,suasana pembelajaran yang kondusif, gambar-gambar pembelajaran, dan fasilitas-fasilitas pembelajaran yang memadai. Dengan adanya fasilitas yang memadai maka suatu tujuan pembelajaran akan mudah untuk dicapai.
d.     Dampak Instruksional
1.     Dapat menambah kosa kata peserta didik.
2.     Dapat mengembangkan kemampuaan berbicara peserta didik.
3.     Dapat melatih daya pikir peserta didik.
4.     Melatih daya konsentrasi untuk anak peserta didik jenjang SD.
5.     Mengembangkan daya imajinasi peserta didik.
e.     Dampak Pengiring
1.     Dapat meningkatkan keakraban antar teman.
2.     Dapat menumbuhkan sikap menghargai antar teman.
3.     Meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa.
4.     Melatih siswa agar dapat mencari solusi dalam memecahkan masalah.



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Metode Pembelajaran ARISAN Sebagai Alternatif  Pembelajaran Bahasa Indonesia di Jenjang Sekolah Dasar (SD)
Metode pembelajaran ARISAN merupakan metode hasil penggabungan antara metode Reka Cerita Gambar dengan metode Bercerita. Kata ARISAN merupakan singkatan dari  Aktif Belajar Untuk Hasil Yang Memuaskan. Hal itu berkaitan dengan model pembelajaran yang digunakan yaitu model active learning. Model pembelajaran ini menuntut peserta didik untuk lebih aktif dan mendominasikan peran peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Peran pendidik disini yaitu sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik apabila mengalami masalah dalam kegiatan pembelajaran.
 Metode ARISAN ,menuntut peserta didik untuk aktif,tanggap,dan berfikir kritis. Selain itu, metode ini juga cocok untuk di terapkan di jenjang SD. Karena penggunaan media gambar yang dapat merangsang siswa untuk berfikir secara kritis dan tanggap. Serta dapat meningkatkan kemampuan berbicara  peserta didik melalui penyusunanan kalimat-kalimat menggunakan bahasanya sendiri .
a.   Sintakmatik
Sintakmatik dari penggabungan dua metode pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 1 Sintakmatik Model Pembelajaran Arisan
Tahap
Perilaku Siswa
Tahap 1:
Cermati
1.     Peserta didik mencermati potongan gambar yang masih acak.
Tahap 2:
Investigasi
2.     Setelah mencermati potongan gambar acak yang didapatkan,maka peserta didik harus menyusunnya menjadi rangkaian gambar yang padu dan saling berkaitan satu sama lain.
Tahap 3:
Telaah
3.     Apabila potongan gambar telah disusun menjadi rangkaian gambar yang padu dan saling berkaitan, peserta didik harus menyusun dalam bentuk kalimat-kalimat sehingga menjadi suatu cerita .
Tahap 4:
Apresiasi
4.     Peserta didik menyampaikan cerita yang telah di buat berdasarkan rangkaian gambar yang telah disusun.
                       
                                    Tabel 2 Struktur Pengajaran Model Pembelajaran Arisan
Tahap
Tingkah laku guru
Metode
Tahap 1:
Cermati
1.     Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2.     Guru menyampaikan materi yang berkaitan dengan metode pembelajaran yang diterapkan
3.     Guru mengadakan sesi tanya jawab kepada peserta didik agar  semuanya dapat memahami materi.
4.     Pendidik menyuruh peserta didiknya untuk mencermati materi yang telah disampaikannya.



1.     Metode tanya jawab
2.     Metode ceramah
Tahap 2:
Investigasi 
1.     Sebelumnya ,pendidik telah menyiapkan amplop warna-warni yang berisi potongan-potongan gambar yang acak.
2.     Setelah itu,pendidik membentuk kelompok (disesuaikan dengan jumlah peserta didik di dalam kelas)
3.     Kemudian, pendidik membagikan amplop warna-warni itu kepada setiap kelompok.
4.     Setelah itu,pendidik menyuruh peserta didiknya untuk menyusun potongan-potongan gambar acak di dalam amplop menjadi rangkaian gambar yang padu. (setiap anggota kelompok mendapatkan satu potongan)
5.     Apabila gambar telah tersusun, pendidik menyuruh peserta didik untuk membuat rangkaian kalimat hingga menjadi sebuah cerita yang sesuai dengan gambar yang didapatkan. (setiap anggota kelompok membuat kalimat sesuai potongan gambar yang didaptkan kemudian digabungkan dengan yang lainnya sehingga menjadi sebuah cerita)



1.     Metode ceramah
2.     Metode tanya jawab
Tahap 3:
Telaah
1.     Pendidik memeriksa hasil pekerjaan setiap kelompok.
-
Tahap 4:
Apresiasi
1.     Pendidik menyuruh setiap anggota kelompok untuk maju ke depan kelas dan menyampaikan hasil diskusinya.
2.     Setiap anggota kelompok harus menjelaskan apa isi dari satu potongan gambar yang didapatnya (karena potongan gambar yang dibuat oleh pendidik telah disesuaikan dengan jumlah anggota kelompok), dan salah satu anggota kelompok harus menyampaikan cerita secara utuh dari rangkaian gambar yang telah disusun oleh kelompoknya.
3.     Pendidik memberikan penilaian dan tepuk tangan yang meriah sebagai wujud penghargaan kepada kelompok yang tampil di depan.





­-
           




Tabel 3 Evaluasi
No
Aspek yang dinilai
Skor
1
2
3
4
5
1.
Ketepatan urutan gambar





2.
Kesesuaian isi gambar dengan cerita yang disampaikan





3.
Gestur





4.
Intonasi berbicara





5.
Bahasa yang digunakan





Perhitungan skor :
Skor maksimal : 25
           Nilai akhir =   Perolehan skor X   Skor Ideal
                                 Skor maksimal
b.   Sistem Sosial
Adapun sistem sosial pada model pembelajaran ARISAN adalah, interaksi yang terjadi antara para pelaku pembelajaran. Seperti pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), dimana guru berperan sebagai fasilitator dan moderator. Sebagai fasilitator, guru menyediakan sumber belajar, mendorong siswa untuk belajar dengan melibatkan indra dan intelektual, memberikan bantuan kepada siswa agar dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuan secara optimal, serta memberikan umpan balik atas apa yang dipelajari. Sebagai moderator, guru menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat berargumentasi dan bekerja sama dalam pembelajaran, misalnya dengan diskusi kelompok.
c.   Sistem Pendukung







                  GAMBAR 1:  MEDIA GAMBAR ACAK

      
      GAMBAR 2 : AMPLOP WARNA-WARNI

d.   Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi menceritakan bagaimana guru menyikapi siswa dan bagaimana siswa merespon tugas yang diberikan guru. Dalam model pembelajaran ARISAN guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Guru menyediakan sumber-sumber belajar, mendorong siswa untuk belajar, membimbing dan memberikan bantuan bagi siswa serta memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang terkait dengan materi yang sedang dibahas bersama anggota kelompoknya.
e.   Dampak Instruksional
1.   Siswa dapat menyusun kosa kata yang sesuai.
2.   Siswa dapat menumbuhkan kreatifitas dalam mencerikan gambar.
3.   Siswa dapat mengembangkan dimensi perasaan.
4.   Siswa dapat mengembangkan kemampuan kognitif, efektif maupun psikomotorik.
5.   Siswa dapat mencari solusi dalam memecahkan masalah.
f.    Dampak Pengiring
1.   Siswa dapat menghargai orang lain.
2.   Siswa dapat meningkatkan sikap kerjasama.
3.   Siswa dpat menumbuhkan rasa toleransi.
4.   Siswa dapat mengembangkan sikap bertanggung jawab.
5.   Siswa dpat lebih tanggap dengan situasi.

3.2 IMPLEMENTASI METODE PEMBELJARAN ARISAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI JENJANG  SEKOLAH DASAR
a.   Materi Pembelajaran
Menceritakan sesuai gambar yang telah disusun. Materi yang diberikan :
1.   Pengertian tentang bercerita.
2.   Memberikan penjelasan tentang bagaimana cara  untuk menyusun gambar acak menjadi gambar yang padu.
3.   Memberikan materi mengenai langkah-langkah menyusun kalimat berdasarkan urutan gambar.
4.   Memberikan penjelasan tentang bagaimana bercerita yang baik dan benar.
b.   Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran ARISAN.
c.   Media
Gambar seri/ potongan gambar yang acak.
d.   Langkah-langkah Pembelajaran
1.   Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2.   Guru menyampaikan materi yang berkaitan dengan metode pembelajaran yang diterapkan.
3.   Guru mengadakan sesi tanya jawab kepada peserta didik agar  semuanya dapat memahami materi.
4.   Pendidik menyuruh peserta didiknya untuk mencermati materi yang telah disampaikannya.
6.   Sebelumnya, pendidik telah menyiapkan amplop warna-warni yang berisi potongan-potongan gambar yang acak.
7.   Setelah itu, pendidik membentuk kelompok (disesuaikan dengan jumlah peserta didik di dalam kelas).
8.   Kemudian, pendidik membagikan amplop warna-warni itu kepada setiap kelompok.
9.   Setelah itu,pendidik menyuruh peserta didiknya untuk menyusun potongan-potongan gambar acak di dalam amplop menjadi rangkaian gambar yang padu. (setiap anggota kelompok mendapatkan satu potongan).
10.Apabila gambar telah tersusun,pendidik menyuruh peserta didik untuk membuat rangkaian kalimat hingga menjadi sebuah cerita yang sesuai dengan gambar yang didapatkan. (setiap anggota kelompok membuat kalimat sesuai potongan gambar yang didaptkan kemudian digabungkan dengan yang lainnya sehingga menjadi sebuah cerita).
11.Pendidik memeriksa hasil pekerjaan setiap kelompok.
12.Pendidik menyuruh setiap anggota kelompok untuk maju ke depan kelas dan menyampaikan hasil diskusinya.
13.Setiap anggota kelompok harus menjelaskan apa isi dari satu potongan gambar yang didapatnya (karena potongan gambar yang dibuat oleh pendidik telah disesuaikan dengan jumlah anggota kelompok), dan salah satu anggota kelompok harus menyampaikan cerita secara utuh dari rangkaian gambar yang telah disusun oleh kelompoknya.
14.Pendidik memberikan penilaian dan tepuk tangan yang meriah sebagai wujud penghargaan kepada kelompok yang tampil di depan.



e.   Penilaian
No
Aspek yang dinilai
Skor
1
2
3
4
5
1.
Ketepatan urutan gambar





2.
Kesesuaian isi gambar dengan cerita yang disampaikan





3.
Gestur





4.
Intonasi berbicara





5.
Bahasa yang digunakan





Perhitungan skor :
Skor maksimal : 25                                                                   
Nilai akhir = Perolehan skor X   Skor Ideal
                     Skor maksimal
Contoh perhitungan nilai akhir :
Nama Siswa : Nafasari
No
Aspek yang dinilai
Skor
1
2
3
4
5
1.
Ketepatan urutan gambar




Ö
2.
Kesesuaian isi gambar dengan cerita yang disampaikan




Ö
3.
Gestur



Ö

4.
Intonasi berbicara



Ö

5.
Bahasa yang digunakan




Ö
            Perhitungan skor  : 23
Skor maksimal     : 25
Nilai akhir = Perolehan skor    X   Skor ideal
                                 Skor maksimal
                             
                               =          23             X   100
                                          25
                              =    92



BAB IV
PENUTUP

4.1   Simpulan
Berdasarkan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Model ARISAN merupakan perpaduan dari model Reka Cerita Gambar dengan metode  Bercerita. Kata ARISAN merupakan singkatan dari Aktif Belajar Untuk Hasil Yang Memuaskan. Metode ini juga menggunakan metode active learning. Perpaduan model Reka Cerita Gambar dengan metode Bercerita ini dapat menghasilkan model yang mengefektifkan kreatifitas dalam berbicara. Pembelajaran ini tidak sekedar pembelajaran yang berbasis berbicara saja, akan tetapi berbicara berdasarkan gagasan, ide, dan pikiran yang kreatif. Model ini sangat tepat digunakan di jenjang sekolah dasar (SD) sebagai alternatif pembelajaran yang aktif dan kreatif.

4.2Rekomendasi
Model pembelajaran ARISAN diharapkan dapat diimplementasikan oleh para pendidik di sekolah sebagai model pembelajaran yang aktif dan kreatif sesuai dengan jenjang sekolah dasar (SD).



DAFTAR PUSTAKA

Machmudah, Ummi.2008. Active Learning Dalam Pembelajaran Bahasa Arab. UIN Malang.    Press
Silberman.1996. 101. Strategies To Teach Any Subject . Massachusetts : A Simon & Schuster Company.
Zaini Hisyam. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Widodo, Rachmad. 2009. Model Pembelajaran Reka Cerita Gambar. Dalam https://www.google.co.id/amp/s/wyw1d.wordpress.com/2009/11/21/model-pembelajaran-reka-cerita-gambar/amp/ diakses pada 29 Juni 2018 pada pukul 16:23 WIB.
Nugrah, Rizki Siddiq. 2017.05. Media Gambar Seri.  Tinta Pendidikan Indonesia.
Putra, Eka. 2012. Kerjakan dan Pemahaman. Dalam  http://kerjakandanpemahaman.blogspot.com/2012/04/sistem-model-pembelajaran.html?m=1 diakses pada tanggal 02 Juli 2018 pada pukul 07:12 WIB.

Sditalqalam. 2008. Strategi pembelajaran Active Learning. Dalam https://www.google.co.id/amp/s/sditalqalam.wordpress.com/2008/01/09/strategi-pembelajaran-active-learning/amp/ diakses pada tanggal 30 Juni 2018 pada pukul 20:46 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar