Jumat, 11 Mei 2018

Puisi tema Pendidikan

AYO BANGKIT

Nyanyian senja meraung
Menelisik masuk ke dalam ruang hampa
Sayatan pilu merenung,
Membisu di tengah rinai samudra

Awan kian menepi
Membawa kenangan di ujung sepi
Birunya langit perlahan memudar
Menyadarkanku pada kejamnya kenyataan

Ku sambut riang dinginnya malam
Tetapi hanya kelam yang datang
Kemana aku bersandar
Harapku tak jua ku temukan

Dentuman jam dinding menyeruak
Menemani batin yang terus bersorak
Menelan ilmu dari buku-buku
Tiap malam tanpa henti

Ku dengar jeritan lelaki paruh baya
Di tengah keheningan malam
Ku dengar juga ocehan wanita paruh baya
Di sepertiga malam
Mengadu pada Sang Kuasa
Yang menaruh sebuah harapan besar

Tatapanku kian sayu…
Tapi para buku seakan meminta untuk dibaca
Ah sudahlah…
Tak sengaja ku buka lembaran penuh coret
Di atas kertas yang begitu usang

Diam
Diam
Diam
Jangan berkata
Jangan berbicara
Jangan tertawa

Setetes embun dalam dinginnya pagi
Beriringan dengan air mata yang perlahan menetes
Hembusan nafas kini semakin tersendat
Kututup mata ini perlahan…

Ayo bangkit
Dari rasa yang menghimpit
Aku harus terbang ke langit
Menggapai asa merubah dunia sempit
Aku tak mau terjepit
Agar hidupku tak sempit
Berbalut niat dan tekad
Bermodal semangat penuh gelora
Membakar jiwa yang kian tersulut kobaran api

Sukses…
Ya. Aku harus sukses
Belajar
Belajar
Dan terus belajar
Demi masa depanku sendiri…

Puisi oleh : Naila Nihayah (PBSI/2)

Puisi tema Wanita Muslimah Tangguh

IDENTITAS DIRI SANG PENAKLUK GENERASI

Senja baru saja undur diri
Rembulan belum sempat menyapa
Perempuan sudah harus meramu
Apa yang harus disuguhkan pagi nanti

Perempuan panji bangsa
Langkah awal dari kita sebagai wanita
Amanah hebat bermartabat
Kau ada di belakang generasi-generasi sehat

Ilmu syariat tanamkan dalam jiwa
Jangan mau diperbudak oleh kaum lelaki
Sejatinya kita setara, miliki hak yang sama
Berjalan ke depan tanpa gentar

Perempuan-perempuan masa kini semakin miris
Kevakuman bersosialisasi dan berorganisasi menjadi saksi
Perempuan masa kini harus berani
Memimpin generasi nanti dengan sepenuh hati

Jangan ajari mereka memoles wajah
Jangan ajari mereka melenggok badan
Jangan ajari mereka bermanja-manja dalam bicara
Tapi…
Ajari mereka untuk memiliki jiwa yang tangguh

Wanita sejati,
Tak mengandalkan cantik rupa
Paras elok bukanlah segalanya
Membuat terpana dan ingin dipuja,
Bukanlah tujuannya

Wanita sejati
Ialah yang luhur budi pekerti
Menjunjung tinggi moral dan intelektual tinggi
Dengan segudang prestasi
Dibalut akhlak baik yang disenangi
Bukan untuk melawan laki-laki
Tapi maju bersama melangkahkan kaki

Namun, jangan lupakan hati
Jangan pula lupa terhadap Panji yang terpatri
Wahai wanita sejati…
Percantik akhlakmu karena Illahi
Karena kau adalah muslimah tangguh,
Penakluk generasi penerus bangsa !

MERDEKA MERDEKA MERDEKA !!
HANCURKAN PERBEDAAN
BERSATU DALAM BALUTAN KATA, BERNAMA INDONESIA !

Puisi oleh : Naila Nihayah (PBSI/2)

Puisi tema Nusantara

LORONG PINTU RAKYAT KERDIL

Dulu rakyat menderita melawan penjajah dengan sukarela
Membaur demi negeri tercinta
Dulu sesuap nasi sulit dicari
Meskipun mereka selalu bekerja sehari-hari
Dulu perjuangan tiada henti demi menyelamatkan harga diri
Masyarakat tersiksa, pun melawan tiada daya
Penjajah yang tak punya hati menyiksa sana-sini

Tapi kini..
Solidaritas sulit dicari
Perdamaian belum sepenuhnya terjadi.
Yang kaya melakukan apa saja
Tanpa bekerja korupsi pun jadi jalanya.
Yang miskin hidup sengsara sekolahpun tak bisa
 Pembulian bahkan pembunuhan dimana-mana
Apakah ini yang namanya kerukunan?
Sosialisasi luar negeri diutamakan tapi tetangga diacuhkan
Hukum Negara dilanggar, giliran masuk penjara baru berkoar
Perjuangan tiada henti
Keadilan sulit dicari.

Dulu rakyat berjuang demi kemerdekaan
Kini rakyat berjuang demi keadilan
Berjalan bersama angan demi mewujudkan sebuah impian
Menggenggam erat bara api akan dilakukan
Demi perdamaian yang didambakan
Hai bung.. tahukah kau?
Rupanya perjuangan belum berakhir
Dulu harga diri di perjuangkan
Namun kini diperjualbelikan.
Dulu kebenaran diutamakan
Tapi kini yang salah pun bisa jadi benar, asal ada modal untuk kesenangan.

Ya. selamat datang isebuah negeri
Bernama ... INDONESIA

Faktor Kebahasaan dan Nonkebahasaan dalam Berbicara

FAKTOR KEBAHASAAN DAN NONKEBAHASAAN DALAM BERBICARA

  1. 1. Faktor Kebahasaan
Faktor kebahasaan yaitu faktor-faktor yang menyangkut masalah bahasa yang seharusnya dipenuhi pada waktu seseorang berbicara. Berikut ini pembahasan satu persatu tentang faktor-faktor kebahasaan tersebut :
  • Ketepatan Ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar, kebosanan dan kurang menyenangkan. Sudah tentu pula ucapan dan artikulasi yang kita gunakan tidak selalu sama, masing-masing mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaran, perasaan dan sasaran.
  • Penempatan Tekanan, Nada, dan Durasi yang Sesuai
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor-faktor penentu walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai. Akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar-datar saja, hampir dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara tentu berkurang.
  • Diksi atau Pilihan Kata
Dalam pemilihan kata hendaknya tepat, jelas dan bervariasi: jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar, misalnya kata-kata populer tertentu lebih efektif dari pada kata-kata muluk-muluk. Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran komunikasi. Selain itu hendaknya pilih kata-kata yang konkret sehingga mudah dipahami pendengar.
  • Ketepatan Sasaran Pembicaraan
Semua ini menyangkut kalimat. Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan atau menimbulkan akibat.
  1. 2. Faktor Nonkebahasaan
  • ¬Sikap yang Wajar, Tenang, dan Tidak Kaku
Sikap yang wajar oleh pembicara sudah dapat menunjukkan otoritas dan integritas dirinya. Tentu saja sikap ini sangat banyak ditentukan oleh situasi, tempat, dan penguasaan materi. Penguasaan materi yang baik, akan menghilangkan kegugupan dan sikap ini juga memerlukan latihan.
  • ¬Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara.
Banyak pembicara kita saksikan berbicara tidak memperhatikan pendengar, tetapi melihat keatas, kesamping, atau menunduk. Akibatnya perhatian pendengar berkurang. Hendaknya diusahakan supaya pendengar merasa terlibat dan diperhatikan.
  • ¬Kesediaan Menghargai Pendapat Orang Lain
Seorang pembicara hendaknya dalam menyampaikan isi pembicaraan memiliki sikap terbuka dalam arti dapat menerima pendapat pihak, bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru. Selain itu juga harus mampu mempertahankan pendapatnya yang mana mengandung argumentasi yang kuat dan betul-betul diyakini kebenarannya.
  • ¬Gerak-gerik dan Mimik yang Tepat
Gerakan-gerakan dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektifan berbicara. Hal-hal yang penting selain mendapat tekanan, biasanya juga dibantu dengan gerak tangan atau mimik hal ini dapat menghidupkan komunikasi. Tetapi gerak-gerik yang berlebihan akan mengganggu keefektifan berbicara sehingga kesan kurang dipahami.
  • ¬Kenyaringan Suara
Tingkat kenyaringan ini disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar dan akustik tetapi perlu diperhatikan jangan berteriak. Kita antara kenyaringan suara kita supaya dapat didengar oleh semua pendengar dengan jelas, dengan juga memuat kemungkinan gangguan dari luar.
  • ¬Kelancaran
Kelancaran berbicara akan memudahkan pendengaran menangkap isi pembicaraannya. Selain itu berbicara yang terputus-putus bahkan menyelipkan bunyi ee, oo, aa dapat mengganggu penangkapan pendengaran, dan sebalikya pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan pendengar menangkap pembicaraanya.
  • ¬Relevansi atau Penalaran
Proses berfikir untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah logis yang meliputi berbagai gagasan. Hal ini berarti hubungan bagian-bagian dalam kalimat, hubungan kalimat dengan kalimat harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.
  • ¬Penguasaan Topik
Dalam pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya tidak lain supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai. Pengusaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi penguasaan topik ini sangat penting bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara.


Contoh Analisis Berbicara Ideal dari Pembicaraan Najwa Shihab

Analisis Berbicara Ideal dari Pembicaraan Najwa Shihab dalam Acara Catatan Najwa pada episode “Setia Pengacara Setya”

Najwa Shihab, wanita kelahiran 16 September 1977 ini adalah salah satu wartawan atau reporter populer Metro TV yang kemudian menjadi presenter atau pembawa acara Metro TV. Kadang Najwa berperforma buruk dan menuai kritik, tapi secara garis besar, Najwa adalah pembawa acara yang berprestasi dan profesional.
Hal itu terlihat saat Najwa Shihab mengisi acara Catatan Najwa di salah satu stasiun televisi Indonesia. Saat itu ia sedang membicarakan perihal tentang Setya Novanto yang sedang marak diperbincangkan oleh publik. Kuasa Hukum Setya Novanto, Fredrich Yunadi dan Koordinator Divisi Korupsi Politik ICW, Donal Fariz, sengaja diundang olehnya untuk meluruskan kasus yang tengah menjerat Setya Novanto.
Dalam perbincangannya itu, Fredrich mengaku kondisi Setya Novanto yang stres di rutan KPK, ia juga membeberkan strategi untuk mengamankan kliennya hingga tudingan KPK telah melakukan cyber war. Lebih dari 25 penyidik KPK sudah dilaporkan ke polisi. Sementara 69 akun sosmed terkait meme soal Setya Novanto pun kena imbas pelaporan pencemaran nama baik. Tak hanya membahas soal Setya Novanto, Fredrich Yunadi juga berbagi soal gaya hidupnya yang suka kemewahan dan bagaimana dia memenangkan berbagai kasus yang ditangani.
Cara Najwa Shihab dalam menyampaikan pernyataan atau pertanyaan serta menanggapi perbincangan kedua belah pihak mencerminkan bahwa ia merupakan salah satu tipe pembicara yang ideal. Ia juga telah menguasai keterampilan-keterampilan dalam berbicara, yang meliputi semantik, fonetik, vokal, dan social skill.
·    Fonetik
Dalam keterampilan fonetik, Najwa telah mampu melafalkan vokal, konsonan, diftong, intonasi, tekanan, durasi dan volume suara dengan baik, dapat dilihat ketika ia menanggapi pernyataan dari Fredrich Yunadi dan Donal Fariz.
·    Semantik
Pada keterampilan semantik pun, ia juga mempunyai ragam bahasa dan mampu melihat situasi, apakah ia harus berbicara formal atau nonformal.
·    Vokal
Vokal yang diucapkannya pun sudah tepat. Mulai dari kenyaringan suara, kehalusan jenis suara, bagaimana ia mengolah vokal, dan variasi suara yang keluar dari mulutnya. Najwa juga tidak monoton, jelas bervariasi, dan sesuai dengan karakter materi.
·    Social Skill
Dan dalam social skillnya, ia mampu mengarahkan pandangannya ke arah lawan bicara, tanpa menyinggung perasaan salah satu narasumbernya, cara menanggapi pembicaraanpun terkesan memperlakukan dengan baik, begitu juga cara bertanya dan menjawab pertanyaan. Cara berpenampilanpun dapat menarik simpati pendengar, membina kontak mata dengan narasumber.

Pembicara ideal adalah pembicara yang mampu mengekspresikan pikiran atau ide melalui lambang-lambang bunyi secara baik dan benar. Sedangkan ciri-ciri pembicara yang baik untuk dikenal, dipahami, dan dihayati serta diterapkan dalam pembicaraan Najwa ini sudah dikuasai dengan baik, misalnya dalam memilih topik/tema yang tepat, ia mampu menguasai materi dengan baik, memahami pendengar, memahami situasi, merumuskan tujuan yang jelas, menjalin kontak dengan pendengar, memiliki kemampuan linguistik yang baik sehingga Najwa mampu melafalkan pembicaraannya dengan benar, dapat menguasai pendengar. Najwa juga memanfaatkan alat bantu seperti gadget yang ia bawa, serta meyakinkan dalam berpenampilan.